Jumat, 29 April 2016

BIOGRAFI SAHABAT NABI



NAMA            : DESI PUSPITASARI WIDIYANINGSIH
NPM               : 1510631120020
KELAS           : 2A MPI
PRODI/FAK  : MPI / FAI

KHALIFAH ABU BAKAR AL – SHIDDIQ
(Rabiul Awal 11 H- Jumadil Akhir 13 H / 632-634 M)

Pada bulan Juni tahun 632 M. Wafatlah Nabi Muhammad SAW di Madinah. Saat mendengar berita itu Abu Bakar bergegas pergi ke rumah Nabi, lalu membuka kain penutup dari wajah beliau dan menciumnya. Lalu oa keluar dan berkhutbah “ Barang siapa menyembah Muhammad maka sungguh Muhammad telah mati, dan barang siapa menyembah Allah maka Allah Maha hidup dan tidak akan pernah mati. Dan Muhammad hanyalah seorang rasul: sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad) ?  (Al Imran [3] : 144)”. Semua umat islam kemudian berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah (aula Bani Sa’idah), mendiskusikan siapa yang lebih pantas menjadi pengganti Nabi untuk memimpin mereka. Setelah sedikit perdebatan, mereka akhirnya sepakat membaiat Abu Bakar sebagai Khalifah.
Abu Bakar sendiri adalah seorang yang sangat sederhana. Dalam 6 bulan yang pertama dalam pemerintahannya pergilah iya setiap hari dari Madinah ke Al Sunh, dimana ia hidup dalam kesederhanaan dengan istrinya Hadibah. Ia tidak menerima uang dari negara. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan kenegaraan diselesaikannya didalam ruang depan masjid Nabi. Ia termahsyur sebgai orang yang membawa kemenangan bagi bangsa arab. Ia bertindak tegas dan keras terhadap  anasir anasir yang hendak mengeruhkan agama. Diberantasnya orang-orang seperti musailima yang mengaku dirinya Nabi.
Gerakan keluar dari islam (murtad) sudah ada sejak zaman Nabi. Diantaranya, Musaylamah ibnu Hubayb Al-Kadzdzab di Yumamah, Aswad Al ‘Ansi di Yaman. Tanpa fikir panjang kaum mereka juga memilih murtad. Setelah Abu Bakar resmi diangkat menjadi Khalifah, gerakan murtad kian marak diberbagai penjuru Jazirah Arab. Ini menjadi krisis paling besar yang pernah dihadapi Abu Bakar. Meski timbul gerakan murtad, Abu Bakar tetap bertekad memberangkatkan kembali pasukan Usamah yang pernah dipersiapkan Nabi menuju negeri-negeri jajahan Byzantium.
Pengumpulan Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar
Kisah pengumpulan Al-Qur’an diceritakan al-Bukhari melalui sanadnya yang tersambung hingga Zayd ibn Tsabit. Zaid ibn Tsabit meminta bantuan para sahabat untuk mulai mengerjakan tugasnya. Ia menetapkan standar yang ketat dan teliti. Zaid tak hanya mengandalkan hafalannya – ia hafal Al-Qur’an atau hafalan para sahabat yang ditugaskan membantunya. Tapi Zayd mengandalkan bukti otentik yang bisa dilihat, bukan hanya dihafal dihati, ia menetapkan dua syarat. Pertama, bagian-bagian Al-Qur’an yang dihafal sahabat harus tertulis pada masa Nabi. Kedua, bagian-bagian Al-qur’an harus memiliki dua saksi yang memastikan bahwa hal itu memang tertulis pada masa Nabi.
Dengan metode ini, Zayd mulai mencari dan mengumpulkan Al-Qur’an dari pelepah-pelepah kurma, batu-batu tipis, kulit atau daun, dan hafalan para sahabat. Setelah merampungkan pengumpulan dan penulisan, Zayd membacakan ulang kepada para sahabat hingga mereka menetapkannya.   
Penaklukan – Penaklukan pada Masa Abu Bakar
Abu Bakar mulai mempersiapkan sejumlah penaklukan, dimulai dari Irak. Ia menyiapkan dua pasukan. Pasukan pertama dibawah pimpinan Khalid ibnu Al- Walid. Saat itu mereka berada di Yamamah. Abu Bakar memerintahkan mereka untuk memerangi Irak dari arah selatan, dimulai dari daerah  Ubullah. Pasukan kedua dibawah pimpinan ‘Iyadh ibnu Ghunum, saat itu mereka berada di daerah Nibaj, pertengahan jalan antara Mekkah dan Bashrah. Abu bakar memerintahkan ‘Iyadh untuk menyerbu Irak dari arah timur laut, dari Mushayyakh.
            Pengiriman pasukan Khalid ibn al-Walid ke Irak terjadi pada Rajab 11 H. ada pula yang mengatakan pada Muharram 12 H. Khalid ibn al-Walid membawa 18 ribu pasukan dan melakukan sebelas kali peperangan. Dia berhasil memenangi semuanya.
Khalid kembali memimpin perang pada perang dzat salasil. Kenapa perang ini disebut Dzat Salasil (pemilik rantai) karena pasukan Persia diikat dengan rantai panjang supaya tidak ada yang kabur saat berperang. Cara ini justru menjadi malapetaka bagi mereka, bukan malah membantu.  
Pada masa Abu Bakar ia tidak hanya menaklukan Irak dan Persia tetapi ia juga mengalami beberapa peperangan bersama Khalid ibnu al-Walid diantaranya ialah :
1)      Perang Dzat Salasil
2)      Perang Madzar atau Tsaniy
3)      Perang Walajah
4)      Perang Ullays atau Penaklukan Amghisyiya
5)      Penaklukan Hirah
6)      Penaklukan Anbar atau dzat al-‘Uyun
7)      Perang ‘Ayn al-Tamr
8)      Perang Dawmatul jandal
9)      Perang al-Hushayd
10)  Perang Mushayyakh
11)  Perang Firadh

Dimulainya Misi Penaklukan Syam
            Pada Rajab pada tahun yang sama Abu Bakar mengirim empat batalyon berbeda untuk misi penaklukan Syam, daerah jajahan Byzantium.
  1. Pasukan Yazid ibn Abi Sufyan menuju Damaskus
  2. Pasukan Syurahbil ibn Hasanah menuju Urdun
  3. Pasukan Abu ‘Ubaydah Al- Jarrah menuju Humush
  4. Pasukan ‘Amr ibn al-‘Ash menuju Palestina

Tapi, keempat batalyon ini menemui banyak kesulitan kala menghadapi pasukan Byzantium. Abu Bakar memerintahkan Khalid ibn al-Walid menarik diri dari Irak dan bergerak menuju Syam. “Demi Allah, dengan Khalid, akan aku buat pasukan Byzantium melupakan bisikan-bisikan setan,” kata Abu Bakar, ini terjadi pada Safar, 13 H.
Demikianlah, hari-hari Abu Bakar terus menerus dipergunakan untuk menolong agama. Abu Bakar adalah anugrah sebelum dan sesudah menjadi Khalifah. Meski demikian, ia tidak menganggap dirinya pantas menerima itu semua.
Namun, Abu Bakar menyadari kapasitas dirinya. Ia tak tertipu jabatan dan tak pula menggunakannya secara sewenang-wenang hingga hari wafatnya, 22 Jumadil Akhir 13 H. dekat 


DAFTAR PUSTAKA

Qasim A Ibrahim, Muhammad A Shaleh, Sejarah Islam, Jakarta, Zaman, 2014.