NAMA :
DESI PUSPITASARI WIDIYANINGSIH
NPM :
1510631120020
KELAS :
2A MPI
PRODI/FAK :
MPI / FAI
KHALIFAH
ABU BAKAR AL – SHIDDIQ
(Rabiul
Awal 11 H- Jumadil Akhir 13 H / 632-634 M)
Pada
bulan Juni tahun 632 M. Wafatlah Nabi Muhammad SAW di Madinah. Saat mendengar
berita itu Abu Bakar bergegas pergi ke rumah Nabi, lalu membuka kain penutup
dari wajah beliau dan menciumnya. Lalu oa keluar dan berkhutbah “ Barang siapa
menyembah Muhammad maka sungguh Muhammad telah mati, dan barang siapa menyembah
Allah maka Allah Maha hidup dan tidak akan pernah mati. Dan Muhammad hanyalah seorang rasul: sebelumnya telah berlalu beberapa
rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad) ?
(Al Imran [3] : 144)”. Semua umat islam
kemudian berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah (aula Bani Sa’idah), mendiskusikan
siapa yang lebih pantas menjadi pengganti Nabi untuk memimpin mereka. Setelah
sedikit perdebatan, mereka akhirnya sepakat membaiat Abu Bakar sebagai
Khalifah.
Abu
Bakar sendiri adalah seorang yang sangat sederhana. Dalam 6 bulan yang pertama
dalam pemerintahannya pergilah iya setiap hari dari Madinah ke Al Sunh, dimana
ia hidup dalam kesederhanaan dengan istrinya Hadibah. Ia tidak menerima uang
dari negara. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan kenegaraan diselesaikannya
didalam ruang depan masjid Nabi. Ia termahsyur sebgai orang yang membawa
kemenangan bagi bangsa arab. Ia bertindak tegas dan keras terhadap anasir anasir yang hendak mengeruhkan agama.
Diberantasnya orang-orang seperti musailima yang mengaku dirinya Nabi.
Gerakan
keluar dari islam (murtad) sudah ada sejak zaman Nabi. Diantaranya, Musaylamah
ibnu Hubayb Al-Kadzdzab di Yumamah, Aswad Al ‘Ansi di Yaman. Tanpa fikir
panjang kaum mereka juga memilih murtad. Setelah Abu Bakar resmi diangkat
menjadi Khalifah, gerakan murtad kian marak diberbagai penjuru Jazirah Arab.
Ini menjadi krisis paling besar yang pernah dihadapi Abu Bakar. Meski timbul
gerakan murtad, Abu Bakar tetap bertekad memberangkatkan kembali pasukan Usamah
yang pernah dipersiapkan Nabi menuju negeri-negeri jajahan Byzantium.
Pengumpulan
Al-Qur’an pada Masa Abu Bakar
Kisah
pengumpulan Al-Qur’an diceritakan al-Bukhari melalui sanadnya yang tersambung
hingga Zayd ibn Tsabit. Zaid ibn Tsabit meminta bantuan para sahabat untuk
mulai mengerjakan tugasnya. Ia menetapkan standar yang ketat dan teliti. Zaid
tak hanya mengandalkan hafalannya – ia hafal Al-Qur’an atau hafalan para
sahabat yang ditugaskan membantunya. Tapi Zayd mengandalkan bukti otentik yang
bisa dilihat, bukan hanya dihafal dihati, ia menetapkan dua syarat. Pertama, bagian-bagian Al-Qur’an yang
dihafal sahabat harus tertulis pada masa Nabi. Kedua, bagian-bagian Al-qur’an harus memiliki dua saksi yang
memastikan bahwa hal itu memang tertulis pada masa Nabi.
Dengan
metode ini, Zayd mulai mencari dan mengumpulkan Al-Qur’an dari pelepah-pelepah
kurma, batu-batu tipis, kulit atau daun, dan hafalan para sahabat. Setelah
merampungkan pengumpulan dan penulisan, Zayd membacakan ulang kepada para
sahabat hingga mereka menetapkannya.
Penaklukan
– Penaklukan pada Masa Abu Bakar
Abu
Bakar mulai mempersiapkan sejumlah penaklukan, dimulai dari Irak. Ia menyiapkan
dua pasukan. Pasukan pertama dibawah pimpinan Khalid ibnu Al- Walid. Saat itu
mereka berada di Yamamah. Abu Bakar memerintahkan mereka untuk memerangi Irak
dari arah selatan, dimulai dari daerah
Ubullah. Pasukan kedua dibawah pimpinan ‘Iyadh ibnu Ghunum, saat itu
mereka berada di daerah Nibaj, pertengahan jalan antara Mekkah dan Bashrah. Abu
bakar memerintahkan ‘Iyadh untuk menyerbu Irak dari arah timur laut, dari
Mushayyakh.
Pengiriman pasukan Khalid ibn al-Walid ke Irak terjadi
pada Rajab 11 H. ada pula yang mengatakan pada Muharram 12 H. Khalid ibn
al-Walid membawa 18 ribu pasukan dan melakukan sebelas kali peperangan. Dia
berhasil memenangi semuanya.
Khalid
kembali memimpin perang pada perang dzat salasil. Kenapa perang ini disebut
Dzat Salasil (pemilik rantai) karena pasukan Persia diikat dengan rantai
panjang supaya tidak ada yang kabur saat berperang. Cara ini justru menjadi
malapetaka bagi mereka, bukan malah membantu.
Pada masa Abu Bakar ia
tidak hanya menaklukan Irak dan Persia tetapi ia juga mengalami beberapa
peperangan bersama Khalid ibnu al-Walid diantaranya ialah :
1) Perang
Dzat Salasil
2) Perang
Madzar atau Tsaniy
3) Perang
Walajah
4) Perang
Ullays atau Penaklukan Amghisyiya
5) Penaklukan
Hirah
6) Penaklukan
Anbar atau dzat al-‘Uyun
7) Perang
‘Ayn al-Tamr
8) Perang
Dawmatul jandal
9) Perang
al-Hushayd
10) Perang
Mushayyakh
11) Perang
Firadh
Dimulainya
Misi Penaklukan Syam
Pada
Rajab pada tahun yang sama Abu Bakar mengirim empat batalyon berbeda untuk misi
penaklukan Syam, daerah jajahan Byzantium.
- Pasukan Yazid ibn Abi Sufyan menuju Damaskus
- Pasukan Syurahbil ibn Hasanah menuju Urdun
- Pasukan Abu ‘Ubaydah Al- Jarrah menuju Humush
- Pasukan ‘Amr ibn al-‘Ash menuju Palestina
Tapi,
keempat batalyon ini menemui banyak kesulitan kala menghadapi pasukan
Byzantium. Abu Bakar memerintahkan Khalid ibn al-Walid menarik diri dari Irak
dan bergerak menuju Syam. “Demi Allah, dengan Khalid, akan aku buat pasukan
Byzantium melupakan bisikan-bisikan setan,” kata Abu Bakar, ini terjadi pada
Safar, 13 H.
Demikianlah,
hari-hari Abu Bakar terus menerus dipergunakan untuk menolong agama. Abu Bakar
adalah anugrah sebelum dan sesudah menjadi Khalifah. Meski demikian, ia tidak
menganggap dirinya pantas menerima itu semua.
Namun,
Abu Bakar menyadari kapasitas dirinya. Ia tak tertipu jabatan dan tak pula
menggunakannya secara sewenang-wenang hingga hari wafatnya, 22 Jumadil Akhir 13
H. dekat
DAFTAR
PUSTAKA
Qasim A Ibrahim, Muhammad A Shaleh, Sejarah Islam, Jakarta, Zaman, 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar