MAKALAH PSIKOLOGI
PENDIDIKKAN
FAKTOR
KOGNITIF DAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan Manajemen
Pendidikan Islam Kelas IV A dengan dosen pembimbing Bapak Fadhil Santosa,
S.Pd.I., M.Pd.I
Disusun Oleh :
1.
Adam Yulianto : 1510631120003
2.
Desi Puspitasari : 1510631120020
3.
Jajat Sudrajat :
1510631120038
MANAJEMEN PENDIDIKAN
ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
SINGAPERBANGSA KARAWANG
Jl.H.S.
Ronggowaluyo, Teluk Jambe Timur, Karawang
Tahun Ajaran
2017
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas berkat limpahan rahmat dan nikmat kesempatan sehingga kita bisa
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dengan judul yang akan kami bahas pada makalah kali
ini mengenai “Faktor Kognitif dan
Afektif dalam Pembelajaran”.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1.
Bapak
Dr. H. Amirudin, M.Pd.I selaku dekan Fakultas Agama Islam
2.
Bapak
Dr. H. Masykur H. Mansyur Drs, MM selaku ketua kaprodi jurusan Manajemen
Pendidikan Islam
3.
Bapak
Fadhil Santosa, S.Pd.I,. M.Pd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah yang
memberikan saran, ide dalam memberikan masukan kepada saya dalam pembuatan
makalah.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, Makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan karena sebagai manusia biasa kami tidak lepas dari
kesalahan, maka dari itu kami
mohon dukungan dari berbagai pihak demi kebaikan kedepannya.
Demikianlah makalah ini kami buat, atas perhatian dan
kesempatannya untuk membaca kami
ucapkan terima kasih.
Bekasi,
27 Februari 2017
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan lembaga–lembaga
pendidikan di negara manapun di dunia dipandang sebagai suatu program yang
bernilai strategis. Hal ini berdasarkan satu asumsi bahwa proses pendidikan
merupakan sebuah proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata–semata
bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Melalui proses pendidikan akan terbentuk
sosok–sosok individu sebagai sumber daya manusia yang akan berperan besar dalam
proses pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu peran pendidikan
demikian sangat penting sebab pendidikan merupakan kunci utama untuk
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Hubungan antar proses pendidikan
dengan terciptanya sumber daya manusia merupakan suatu hubungan logis yang tidak
dapat dipisahkan. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan itu sendiri.
Perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan oleh terjadinya perubahan pada
tiga unsur meliputi unsur kognitif, afektif dan psikomotor.
1.
Apakah yang dimaksud dengan belajar
kognitif, afektif dan psikomotor?
2.
Apakah aspek dan tujuan dari belajar kognitif, afektif dan
psikomotor?
3.
Bagaimanakah pengaruh belajar
kognitif, afektif dan psikomotor?
4.
Seberapa
pentingkah perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa ?
Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah membantu mahasiswa / mahasisiwi lebih kreatif dan inovatif
dalam pembelajaran di Universitas
Manfaat dari pembuatan
makalah ini adalah memberikan mahasiswa / mahasisiwi pengetahuan baru.
BAB
II
PEMBAHASAN
Sebagaimana dikatakan bahwa belajar
pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia. Dalam ilmu psikologi,
proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah (manners or operation)
khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan
tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam pengertian tersebut tahapan
perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi, Proses belajar adalah
tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam
diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah
yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan
bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan
terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.
Belajar/learning adalah mengubah
tingkah laku (kognitif, afektif, dan psikomotor) dari yang belum tahu menjadi
tahu. Belajar juga merupakan perubaha tingkah laku berdasarkan pengalaman berlaku
bagi individu. Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri
manusia yang ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga
peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia belajar. Belajar
juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di
tengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih
dahulu maju karena belajar.
Banyak aspek yang berpengaruh dalam
proses belajar. Faktor itu seperti faktor kognitif, afektif, psikomotor maupun
faktor campuran dari ketiga aspek sebelumnya. Pengaruh faktor-faktor ini
menentukan bagaimana hasil pencapaian siswa dalam belajar.
Kognitif, afektif, dan
psikomotor adalah aspek-aspek kepribadian yang sering disama artikan
dengan aspek cipta, karsa, dan karya. Ketiga istilah ini berasal dari ahli yang
berbeda. Kognitif (aspek penalaran) dikembangkan oleh Bloom; afektif (aspek
budi pekerti) dikembangkan oleh Krathwohl; psikomotor (aspek
keterampilan psikomotor) dikembangkan oleh Simpson. Aspek-aspek psikologi lain, setiap
siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan individu baik secara fisik
maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar siswa tersebut, sehingga
guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang diberikan kepada siswa tersebut
misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur jadwal pelajaran.
1.
Aspek Belajar
Kognitif, Afektif dan Psikomotor
Di dalam proses belajar terdapat berbagai macam jenis
belajar. Jenis-jenis belajar menurut Gagne terbagi menjadi 8 jenis yaitu:
a) Belajar
isyarat (signal learning)
b) Belajar
stimulus respon
c) Belajar
merantaikan (chaining)
d) Belajar
asosiasi verbal (verbal Association)
e) Belajar
membedakan (discrimination)
f) Belajar
konsep (concept learning)
g) Belajar
dalil (rule learning)
h) Belajar
memecahkan masalah (problem solving).
Dari kedelapan jenis tersebut dapat
menumbuh kembangkan perilaku kognitif yang mencakup pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis dan evaluasi.
Selain dari kognititf aspek afektif
dan psikomotor seseorang juga tumbuh. Aspek afektif mencakup:
a) Penerimaan
b) Sambutan
c) Penilaian
d) Pengorganisasian
e) Karakterisasi.
Sedangkan psikomotor mencakup:
a) Kesiapan (set)
b) Meniru (imitation)
c) Membiasakan (habitual)
d) Adaptasi (adaption)
Dari tumbuhnya ketiga aspek tersebut
barulah seseorang dapat dikatakan telah mencapai tujuan dari belajar.
Belajar kognitif adalah belajar yang
berkaitan dengan aspek intelektual. Kompetensi kawasan kognitif meliputi
menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalsis, mensitesakan dan menilai
pengalaman belajar. Pengalaman belajar untuk kegiatan hafalan dapat berupa
berlatih menghafal misalnya menggunakan jembatan ingatan yaitu dengan
dihubungkan dengan benda-benda, kata-kata atau sebagainya yang biasa ditemukan
dan mudah diingat sebagai jembatan kita untuk mengingat hafalan kita. Jenis
materi pembelajaran yang perlu dihafal dapat berupa fakta, konsep, prinsip, dan
procedure. Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan
membandingkan, mengidentifikasikan karakteristik dan sebagainya.
Pengalaman belajar tingkatan
aplikasi dilakukan dengan jalan menerapkan rumus dalil atau prinsip terhadap
kasus nyata yang terjadi di lapangan. Pengalaman belajar tingkatan sintesis
dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau komponen, menyusun membentuk
bangunan, menggambar dan sebagainya.
Pengalaman belajar untuk mencapai
kemampuan dasar tingkatan penilaian dilakukan dengan memberikan penilaian
terhadap objek studi menggunakan kriteria tertentu.
Berkaitan dengan kawasan afektif,
pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa mencapai tingkatan
kompetensi afektif yaitu dengan mengamati dan menirukan contoh/model,
mendatangi objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau
berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntutan nilai yang dipelajari dan
sebagainya.Untuk kawasan psikomotor, pengalaman belajar yang dapat dilakukan
untuk mencapai kompetensi ini adalah berlatih dengan frekuensi tinggi dan
intensif, latihan menirukan, menstimulasikan, mendemonstrasikan, gerakan yang
ingin dikuasai.
Menurut teori
belajar Bloom, belajar
kognitif, afektif dan psikomotor merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun
oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan
dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap
domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan
hirarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
a) Cognitive
Domain (Ranah
Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual,
seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan.
b) Affective
Domain (Ranah
Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian
diri.
c) Psychomotor
Domain (Ranah
Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik
seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga
menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti
yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa.
Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah
laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku
dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat
yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai
“pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang
ada pada tingkatan pertama.
A.
Domain Kognitif
Bloom membagi domain kognisi ke
dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa
adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan
Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
a) Pengetahuan
(Knowledge). Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip
dasar. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang
yang berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas,
karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk.
b) Aplikasi
(Application). Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori di dalam kondisi kerja.
Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di
produksi, seseorang yang berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan
menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.
c) Analisis
(Analysis). Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis
informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang
rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab
meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap
penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yang
ditimbulkan.
d) Sintesis
(Synthesis). Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa
akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya
tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat
untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini
seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat
reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya
kualitas produk.
e) Evaluasi
(Evaluation). Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap
solusi, gagasan, metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar
yang ada untuk memastikan nilai efektifitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di
tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg
sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai
ekonomis.
B.
Domain Afektif
a) Penerimaan
(Receiving/Attending). Kesediaan untuk menyadari adanya
suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan
perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
b) Tanggapan
(Responding). Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan
tanggapan.
c) Penghargaan
(Valuing). Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu
objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
d) Pengorganisasian
(Organization). Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di
antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
e) Karakterisasi
Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex). Memiliki sistem nilai yang
mengendalikan tingkahlakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya.
C.
Domain Psikomotor
Rincian dalam domain ini tidak
dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
b) Kesiapan
(Set). Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan
gerakan.
c) Guided
Response (Respon Terpimpin). Tahap awal dalam mempelajari
keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
d) Mekanisme
(Mechanism). Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga
tampil dengan meyakinkan dan cakap.
e) Respon
Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response). Gerakan motoris yang terampil yang
di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
f) Penyesuaian
(Adaptation). Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat
disesuaikan dalam berbagai situasi.
g) Penciptaan
(Origination). Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi
atau permasalahan tertentu.
A.
Pengaruh Faktor Kognitif
Faktor kognitif secara garis besar
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Mengetahui,
mengenali kembali hal-hal yang umum dan khas, mengenali kembali metode dan
proses, mengenali kembali pola, struktur, dan perangkat.
2. Mengerti,
memahami
3. Mengaplikasikan,
Kemampuan menggunakan abstraksi di dalam situasi-situasi konkrit.
4. Menganalisis,
Menjabarkan sesuatu ke dalam unsur-unsur, bagian-bagian atau komponen-komponen
sedemikian rupa, sehingga tampak jelas susunan atau hirarki gagasan yang ada di
dalamnya, atau tampak jelas hubungan antara berbagai gagasan yang dinyatakan
dalam sesuatu komunikasi.
5. Mensintesiskan,
kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian sedemikian rupa
sehingga membentuk suatu keseluruhan yang utuh.
6. Mengevaluasi,
kemampuan untuk menetapkan nilai/harga dari suatu bahan dan metode komunikasi
untuk tujuan-tujuan tertentu.
Cara penalaran (kognitif) seseorang
terhadap sesuatu obyek selalu berbeda dengan orang lain. Artinya, obyek yang
sama, mungkin akan mendapat penalaran yang berbeda dari dua orang atau lebih.
Jadi karena berbeda dalam penalaran (kognitif) berbeda pula dalam
kepribadiàn maka terjadilah perbedaan individu.
B.
Pengaruh Faktor Afektif
Faktor afektif secara garis besar
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Menerima
atau memperhatikan, kepekaan terhadap kehadiran gejala dan perangsang tertentu.
2. Merespon,
mereaksi perangsang atau gejala tertentu.
3. Menghargai,
berikut pengertian bahwa suatu hal, gejala atau tingkah laku mempunyai harga
atau nilai tertentu.
4. Mengorganisasikan
nilai, mencakup mengatur nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai, menyusun
jalinan nilai-nilai itu dan menetapkan berlakunya nilai-nilai yang dominan.
5. Mewatak,
suatu kondisi di mana nilai-nilai dari sistem nilai yang diyakini telah
benar-benar merasuk di dalam pribadi seseorang. Orang seperti itu dapat
dikatakan sebagai orang yang budi pekertinya mendekati kesempurnaan.
Orang yang berbudi pekerti luhur
akan sangat berbeda dengan orang yang tidak berbudi hampir dalam segala sepak
terjang, tingkah laku, sifat-sifat dan kepribadiannya. Jadi dengan kata lain,
faktor afektif sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya perbedaan
individual.
C.
Pengaruh Faktor Psikomotor
Faktor keterampilan psikomotor
secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Mengindera
, kegiatan keterampilan psikomotor yang dilakukan dengan alat-alat indera.
2. Menyiagakan
diri, mengatur kesiapan diri sebelum melakukan sesuatu tindakan dalam rangka
mencapai suatu tujuan.
3. Bertindak
secara terpimpin, melakukan tindakan-tindakan dengan mengikuti prosedur
tertentu.
4. Bertindak
secara mekanik, bertindak mengikuti prosedur baku.
5. Bertindak
secara kompleks, bertindak secara teknologi yang didukung oleh kompetensi. Di
dalamnya tercakup semua tindakan keahlian dari berbagai bidang profesi. Ciri
khas dari orang yang mampu bertindak secara kompleks adalah mampu menyusun
mekanisme kerja sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya dan mampu
menciptakan teknologi baru.
Orang yang telah sampai pada tingkat
puncak keterampilan psikomotor dalam menanggapi sesuatu bisa sampai pada
penciptaan teknologi baru. Jadi keterampilan psikomotor berpengaruh terhadap
perbedaan individual.
Program pengajaran disekolah yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan besar
kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka.
Sehubungan dengan ini, setiap guru sekolah selayaknya memahami seluruh proses
dan tugas perkembangan manusia, khususnya yang berkaitan dengan masa anak-anak
dan remaja. Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya itu
sangat banyak manfaatnya, antara lain :
1.
Guru dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang
tepat kepada para siswa, relevan dengan tingkat perkembangannya
2.
Guru dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu, lalu segera mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk menanggulanginya
3.
Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk
memulai aktivitas proses mengajar-belajar bidang studi tertentu
4.
Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan
pengajaran standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk materi atau
pokok bahasan yang akan disajikan.
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah
kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif
psikologi kognitif, adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan
lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Tanpa ranah
kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berpikir. Walaupun demikian,
tidak berarti fungsi afektif dan psikomotor seorang siswa tidak perlu. Kedua
fungsi psikologis siswa ini juga sangat penting, tetapi seyogianya cukup
dipandang sebagai buah-buah keberhasilan atau kegagalan perkembangan dan
aktivitas fungsi kognitif.[1]
BAB III
PENUTUP
Belajar adalah
suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya
baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan
psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Adapun Ciri-ciri belajar adalah
sebagai berikut :
a) Adanya
kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan sikap (afektif).
b) Perubahan
itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
c) Perubahan
itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi
akibat interaksi dengan lingkungan.
Perubahan tingkah laku yang terjadi
disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tiga unsur meliputi unsur kognitif,
afektif dan psikomotor (Taksonomi Bloom). Belajar kognitif adalah belajar yang
berkaitan dengan aspek intelektual. Kompetensi kawasan kognitif meliputi
menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalsis, mensitesakan dan menilai
pengalaman belajar. Belajar afektif adalah pengalaman belajar yang
perlu dilakukan agar siswa mencapai tingkatan kompetensi afektif yaitu dengan
mengamati dan menirukan contoh/mode. Belajar psikomotor adalah pengalaman
belajar yang dapat dilakukan untuk mencapai kompetensi ini adalah berlatih
dengan frekuensi tinggi dan intensif, latihan menirukan, menstimulasikan,
mendemonstrasikan, gerakan yang ingin dikuasai.
B.
Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu saya senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dah arahan serta saran
dan krtitik yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Muhibbin
Syah. (2016). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016,
cetakan ke-20.
[1] Muhibbin Syah,
Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016, cetakan ke-20),
hlm.81.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar