Rabu, 05 April 2017

Faktor Kognitif dan Afektif dalam Pembelajaran



MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKKAN
FAKTOR KOGNITIF DAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas  mata kuliah Psikologi Pendidikan  Manajemen Pendidikan Islam Kelas IV A dengan dosen pembimbing Bapak Fadhil Santosa, S.Pd.I., M.Pd.I
Description: Description: Description: FAI.jpg
Disusun Oleh :
1.    Adam Yulianto       : 1510631120003       
2.    Desi Puspitasari     : 1510631120020
3.    Jajat Sudrajat          : 1510631120038


MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
Jl.H.S. Ronggowaluyo, Teluk Jambe Timur, Karawang
Tahun Ajaran 2017



Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat limpahan rahmat dan nikmat kesempatan sehingga kita bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dengan judul yang akan kami bahas pada makalah kali ini mengenai Faktor Kognitif dan Afektif dalam Pembelajaran”. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.        Bapak Dr. H. Amirudin, M.Pd.I selaku dekan Fakultas Agama Islam
2.        Bapak Dr. H. Masykur H. Mansyur Drs, MM selaku ketua kaprodi jurusan Manajemen Pendidikan Islam
3.        Bapak Fadhil Santosa, S.Pd.I,. M.Pd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah yang memberikan saran, ide dalam memberikan masukan kepada saya dalam pembuatan makalah.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena sebagai manusia biasa kami tidak lepas dari kesalahan, maka dari itu kami mohon dukungan dari berbagai pihak demi kebaikan kedepannya.
Demikianlah makalah ini kami buat, atas perhatian dan kesempatannya untuk membaca kami ucapkan terima kasih.



Bekasi, 27 Februari  2017



                                                       DAFTAR ISI                                                      

BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA







BAB I
PENDAHULUAN

Penyelenggaraan lembaga–lembaga pendidikan di negara manapun di dunia dipandang sebagai suatu program yang bernilai strategis. Hal ini berdasarkan satu asumsi bahwa proses pendidikan merupakan sebuah proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata–semata bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok–sosok individu sebagai sumber daya manusia yang akan berperan besar dalam proses pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu peran pendidikan demikian sangat penting sebab pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Hubungan antar proses pendidikan dengan terciptanya sumber daya manusia merupakan suatu hubungan logis yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan itu sendiri. Perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tiga unsur meliputi unsur kognitif, afektif dan psikomotor.


1.    Apakah yang dimaksud dengan belajar kognitif, afektif dan psikomotor?
2.    Apakah aspek dan tujuan dari belajar kognitif, afektif dan psikomotor?
3.    Bagaimanakah pengaruh belajar kognitif, afektif dan psikomotor?
4.    Seberapa pentingkah perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa ?

 
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah membantu mahasiswa / mahasisiwi lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran di Universitas
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah memberikan mahasiswa / mahasisiwi pengetahuan baru.

BAB II
PEMBAHASAN

Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia. Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah (manners or operation) khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi, Proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.
Belajar/learning adalah mengubah tingkah laku (kognitif, afektif, dan psikomotor) dari yang belum tahu menjadi tahu. Belajar juga merupakan perubaha tingkah laku berdasarkan pengalaman berlaku bagi individu. Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia belajar. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di tengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju karena belajar.
Banyak aspek yang berpengaruh dalam proses belajar. Faktor itu seperti faktor kognitif, afektif, psikomotor maupun faktor campuran dari ketiga aspek sebelumnya. Pengaruh faktor-faktor ini menentukan bagaimana hasil pencapaian siswa dalam belajar.

Kognitif, afektif, dan psikomotor  adalah aspek-aspek kepribadian yang sering disama artikan dengan aspek cipta, karsa, dan karya. Ketiga istilah ini berasal dari ahli yang berbeda. Kognitif (aspek penalaran) dikembangkan oleh Bloom; afektif (aspek budi pekerti) dikembangkan oleh  Krathwohl; psikomotor (aspek keterampilan psikomotor) dikembangkan oleh Simpson. Aspek-aspek psikologi lain, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar siswa tersebut, sehingga guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang diberikan kepada siswa tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur jadwal pelajaran.
1.             Aspek Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotor
Di dalam proses belajar terdapat berbagai macam jenis belajar. Jenis-jenis belajar menurut Gagne terbagi menjadi 8 jenis yaitu:
a)    Belajar isyarat (signal learning)
b)   Belajar stimulus respon
c)    Belajar merantaikan (chaining)
d)   Belajar asosiasi verbal (verbal Association)
e)    Belajar membedakan (discrimination)
f)    Belajar konsep (concept learning)
g)   Belajar dalil (rule learning)
h)   Belajar memecahkan masalah (problem solving).

Dari kedelapan jenis tersebut dapat menumbuh kembangkan perilaku kognitif yang mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis dan evaluasi.



Selain dari kognititf aspek afektif dan psikomotor seseorang juga tumbuh. Aspek afektif mencakup:
a)    Penerimaan
b)   Sambutan
c)    Penilaian
d)   Pengorganisasian
e)    Karakterisasi. 
Sedangkan psikomotor mencakup:
a)    Kesiapan (set)
b)   Meniru (imitation)
c)    Membiasakan (habitual)
d)   Adaptasi (adaption)
Dari tumbuhnya ketiga aspek tersebut barulah seseorang dapat dikatakan telah mencapai tujuan dari belajar.
Belajar kognitif adalah belajar yang berkaitan dengan aspek intelektual. Kompetensi kawasan kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalsis, mensitesakan dan menilai pengalaman belajar. Pengalaman belajar untuk kegiatan hafalan dapat berupa berlatih menghafal misalnya menggunakan jembatan ingatan yaitu dengan dihubungkan dengan benda-benda, kata-kata atau sebagainya yang biasa ditemukan dan mudah diingat sebagai jembatan kita untuk mengingat hafalan kita. Jenis materi pembelajaran yang perlu dihafal dapat berupa fakta, konsep, prinsip, dan procedure. Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan membandingkan, mengidentifikasikan karakteristik dan sebagainya.

Pengalaman belajar tingkatan aplikasi dilakukan dengan jalan menerapkan rumus dalil atau prinsip terhadap kasus nyata yang terjadi di lapangan. Pengalaman belajar tingkatan sintesis dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau komponen, menyusun membentuk bangunan, menggambar dan sebagainya.
Pengalaman belajar untuk mencapai kemampuan dasar tingkatan penilaian dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap objek studi menggunakan kriteria tertentu.
Berkaitan dengan kawasan afektif, pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa mencapai tingkatan kompetensi afektif yaitu dengan mengamati dan menirukan contoh/model, mendatangi objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntutan nilai yang dipelajari dan sebagainya.Untuk kawasan psikomotor, pengalaman belajar yang dapat dilakukan untuk mencapai kompetensi ini adalah berlatih dengan frekuensi tinggi dan intensif, latihan menirukan, menstimulasikan, mendemonstrasikan, gerakan yang ingin dikuasai.

Menurut teori belajar Bloom, belajar kognitif, afektif dan psikomotor  merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
a)    Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan.
b)   Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minatsikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
c)    Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.


Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
   Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.

A.           Domain Kognitif
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
a)      Pengetahuan (Knowledge). Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yang berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk.
b)      Aplikasi (Application). Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yang berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.



c)      Analisis (Analysis). Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yang ditimbulkan.
d)      Sintesis (Synthesis). Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
e)      Evaluasi (Evaluation). Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektifitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis.

B.            Domain Afektif
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.
a)      Penerimaan (Receiving/Attending). Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
b)      Tanggapan (Responding). Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.

c)      Penghargaan (Valuing). Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
d)      Pengorganisasian (Organization). Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
e)      Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex). Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkahlakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya.

C.            Domain Psikomotor
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
a)    Persepsi (Perception). Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
b)   Kesiapan (Set). Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
c)    Guided Response (Respon Terpimpin). Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
d)   Mekanisme (Mechanism). Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
e)    Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response). Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
f)     Penyesuaian (Adaptation). Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
g)   Penciptaan (Origination). Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.

A.           Pengaruh  Faktor Kognitif
Faktor kognitif secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.    Mengetahui, mengenali kembali hal-hal yang umum dan khas, mengenali kembali metode dan proses, mengenali kembali pola, struktur, dan perangkat.
2.    Mengerti, memahami
3.    Mengaplikasikan, Kemampuan menggunakan abstraksi di dalam situasi-situasi konkrit.
4.    Menganalisis, Menjabarkan sesuatu ke dalam unsur-unsur, bagian-bagian atau komponen-komponen sedemikian rupa, sehingga tampak jelas susunan atau hirarki gagasan yang ada di dalamnya, atau tampak jelas hubungan antara berbagai gagasan yang dinyatakan dalam sesuatu komunikasi.
5.    Mensintesiskan, kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian sedemikian rupa sehingga membentuk suatu keseluruhan yang utuh.
6.    Mengevaluasi, kemampuan untuk menetapkan nilai/harga dari suatu bahan dan metode komunikasi untuk tujuan-tujuan tertentu.
Cara penalaran (kognitif) seseorang terhadap sesuatu obyek selalu berbeda dengan orang lain. Artinya, obyek yang sama, mungkin akan mendapat penalaran yang berbeda dari dua orang atau lebih. Jadi karena berbeda dalam penalaran (kognitif)  berbeda pula dalam kepribadiàn maka terjadilah perbedaan individu.







B.            Pengaruh Faktor Afektif
Faktor afektif secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.    Menerima atau memperhatikan, kepekaan terhadap kehadiran gejala dan perangsang tertentu.
2.    Merespon, mereaksi perangsang atau gejala tertentu.
3.    Menghargai, berikut pengertian bahwa suatu hal, gejala atau tingkah laku mempunyai harga atau nilai tertentu.
4.    Mengorganisasikan nilai, mencakup mengatur nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai, menyusun jalinan nilai-nilai itu dan menetapkan berlakunya nilai-nilai yang dominan.
5.    Mewatak, suatu kondisi di mana nilai-nilai dari sistem nilai yang diyakini telah benar-benar merasuk di dalam pribadi seseorang. Orang seperti itu dapat dikatakan sebagai orang yang budi pekertinya mendekati kesempurnaan.
Orang yang berbudi pekerti luhur akan sangat berbeda dengan orang yang tidak berbudi hampir dalam segala sepak terjang, tingkah laku, sifat-sifat dan kepribadiannya. Jadi dengan kata lain, faktor afektif sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya perbedaan individual.

C.           Pengaruh Faktor Psikomotor
Faktor keterampilan psikomotor secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.    Mengindera , kegiatan keterampilan psikomotor yang dilakukan dengan alat-alat indera.
2.    Menyiagakan diri, mengatur kesiapan diri sebelum melakukan sesuatu tindakan dalam rangka mencapai suatu tujuan.
3.    Bertindak secara terpimpin, melakukan tindakan-tindakan dengan mengikuti prosedur tertentu.
4.    Bertindak secara mekanik, bertindak mengikuti prosedur baku.
5.    Bertindak secara kompleks, bertindak secara teknologi yang didukung oleh kompetensi. Di dalamnya tercakup semua tindakan keahlian dari berbagai bidang profesi. Ciri khas dari orang yang mampu bertindak secara kompleks adalah mampu menyusun mekanisme kerja sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya dan mampu menciptakan teknologi baru.
Orang yang telah sampai pada tingkat puncak keterampilan psikomotor dalam menanggapi sesuatu bisa sampai pada penciptaan teknologi baru. Jadi keterampilan psikomotor berpengaruh terhadap perbedaan individual.

Program pengajaran disekolah yang baik  adalah yang mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka. Sehubungan dengan ini, setiap guru sekolah selayaknya memahami seluruh proses dan tugas perkembangan manusia, khususnya yang berkaitan dengan masa anak-anak dan remaja. Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya itu sangat banyak manfaatnya, antara lain :
1.    Guru dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada para siswa, relevan dengan tingkat perkembangannya
2.    Guru dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu, lalu segera mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menanggulanginya
3.    Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas proses mengajar-belajar bidang studi tertentu
4.    Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk materi atau pokok bahasan yang akan disajikan.
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini, dalam perspektif psikologi kognitif, adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Tanpa ranah kognitif, sulit dibayangkan seorang siswa dapat berpikir. Walaupun demikian, tidak berarti fungsi afektif dan psikomotor seorang siswa tidak perlu. Kedua fungsi psikologis siswa ini juga sangat penting, tetapi seyogianya cukup dipandang sebagai buah-buah keberhasilan atau kegagalan perkembangan dan aktivitas fungsi kognitif.[1]

















BAB III
PENUTUP

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Adapun Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
a)      Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan sikap (afektif).
b)      Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
c)      Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
Perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tiga unsur meliputi unsur kognitif, afektif dan psikomotor (Taksonomi Bloom). Belajar kognitif adalah belajar yang berkaitan dengan aspek intelektual. Kompetensi kawasan kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalsis, mensitesakan dan menilai pengalaman belajar. Belajar  afektif adalah pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa mencapai tingkatan kompetensi afektif yaitu dengan mengamati dan menirukan contoh/mode. Belajar psikomotor adalah pengalaman belajar yang dapat dilakukan untuk mencapai kompetensi ini adalah berlatih dengan frekuensi tinggi dan intensif, latihan menirukan, menstimulasikan, mendemonstrasikan, gerakan yang ingin dikuasai.

B.            Saran
          Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dah arahan serta saran dan krtitik yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Muhibbin Syah. (2016). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016, cetakan ke-20.




[1] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016, cetakan ke-20), hlm.81.

Tidak ada komentar: